Jumat, 23 Maret 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMALASAN SISWA

Hasil ulangan harian anak-anak dengan nilai baik /memuaskan sangatlah efisien waktu karena tidak perlu diadakan remidi, remidi yang berulang-ulang saya kira tidak efektif. 
Keberhasilan dari proses belajar mengajar dapat dilihat dari segi kognitif maupun psikomotor. Untuk mendapatkan nilai kognitif dapat dicapai dari hasil ulangan harian atau ulangan bersama yang tercermin dalam pengukuran deretan angka, dewasa ini dibuat plafon untuk menentukan penilaian melalui Standar Ketuntasan Minimal (SKM) untuk menentukan si anak harus remidi atau tidak. 
Apabila nilai ada dibawah SKM maka si anak bisa dikatakan belum tuntas, sehingga perlu diadakan remidi sampai si anak benar-benar tuntas. Adanya kegiatan remidi ini ternyata tidak menjadikan mendorong untuk belajar lebih giat, hal ini disebabkan karena sikap anak yang malas belajar. Berikut adalah sekelumit penyebab anak-anak malas untuk belajar :
1. Penyebab dari dalam diri pribadi siswa
Siswa sebenarnya menyadari akan tugas yang melekat pada dirinya yaitu belajar, namun sering ditinggalkan karena sebab-sebab seperti berikut ini :
a. Kurangnya pemahaman siswa akan pentingnya belajar
Banyak anak yang harus dikejar-kejar untuk belajar, hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman akan pentingnya belajar, jadi belajar adalah momok bukan merupakan tuntutan. Padahal melalui kegiatan belajar banyak terdapat ilmu-ilmu yang sembunyi disela-sela uraian kata maupun rumus yang senantiasa berguna bagi kepentingan kehidupannya.
b. Banyaknya aktifitas-aktifitas lain yang lebih menyenangkan
Dewasa ini hiburan televisi banyak sekali yang tersusun dalam susunan acara hingga pemirsa menjadi terikat dan akan merasa rugi apabila tidak meliput acaranya tak terkecuali pelajar. Hiburan lainnya seperti ngeband, main teater atau aktifitas olah raga juga membuat anak terlena akan kewajiban untuk belajar.
c. Adanya “HP SYNDROM”
Seiring dengan perkembangan dunia telekomunikasi membawa dampak pula pada pelajar yang memiliki HP. Saya menyebutkan syndrome HP karena setelah berbincang-bincang dengan banyak siswa yang membawa HP, mereka menyatakan lebih mengutamakan ringtone HP jika dibanding dengan belajar artinya ia selalu bersembunyi-sembunyi untuk segera membuka HP hanya sekedar untuk tau isi dari SMS yang masuk atau sekedar mencari tau si penelpon lalu mematikannya karena masih mengikuti pelajaran dikelas, belum lagi tidak jarang anak-anak berlomba-lomba baik accessories, merk, model, tipe HP yang dimilikinya. HP sebagai sarana komunikasi dengan teman-temannya baik berupa SMS maupun percakapan langsung, main game atau musik, sebenarnya sudah disadari oleh siswa bahwa dari segi manfaatnya HP kurang memberi manfaat karena jika temannya SMS atau sebaliknya dan tidak dibalas maka sudah barang tentu marah dan kecewa, namun disisi lain susah untuk menjauhkan dirinya dari HP. Sehingga tidak jarang orang tua yang menjadi resah akan kebiasaan anaknya yang suka bercakap-cakap via HP dengan temannya yang biasanya dilakukan pada malam hari atau siang hari sepulang dari sekolah, belum lagi SMS yang senantiasa menyita waktu dan perhatiannya. 
2. Penyebab dari luar diri pribadi siswa siswa
a. Lemahnya kontrol sekolah
Penilaian/evaluasi adalah merupakan salah satu dari rangakain kegiatan pembelajaran, melalui penilaian ini dapat dijadikan oleh pihak sekolah untuk menentukan kriteria naik atau tidak naik kelas. Dengan lemahnya kontrol sekolah disini artinya begitu lenturnya peraturan yang menjadikan syarat-syarat kenaikan kelas pada saat akhir tahun pembelajaran sehingga siswa yang seharusnya tidak naik akhirnya menjadi naik setelah ada tarik ulur dan pencapaian kata sepakat dengan berbagai banyak hal yang telah dipertimbangkan. Disisi lain kontrol sekolah pada saat diadakan seremonial ulangan bersama sehingga membuka kemungkinan untuk melakukan kegiatan curang seperti “ngepek/nyontek, bertanya pada temannya atau bentuk curang lain” sehingga hasil belajar tidak bisa lagi menjadi tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran karena nilai tidak mencerminkan nilai murni dari hasil belajar tiap-tiap siswa.
b. Kondisi di dalam rumah
Kebiasaan anggota keluarga di rumah sangat memegang peranan pada penciptaan iklim belajar siswa. Keluarga dengan anggota yang banyak maka situasi akan ramai, gaduh dan lebih parah lagi kurangnya perhatian atau kontrol orang tua akan kegiatan belajar putra/putrinya secara tidak langsung sudah barang tentu akan memperburuk niat anak untuk belajar. Walaupun banyak anak dengan keluarga yang besar namun tetap terkontrol kegiatan belajarnya karena memang sudah tertanam pada diri anak akan pentingnya belajar, sehingga dalam situasi apapun belajar adalah sudah menjadi pilihannya.
c. Kondisi di luar rumah / masyarakat lingkungannya
Banyak kegiatan yang bersifat kemasyarakat yang kurang mendukung penciptaan situasi belajar, misalnya budaya rewang (kerja untuk membantu orang lain/tetangga/ saudara yang baru memiliki suatu acara hajatan), budaya rempon /ngerumpi, ataupun kegiatan lain yang bisa mengganggu kegiatan belajar siswa karena waktunya yang kurang tepat. Selain itu adanya polemik bahwa lulus dengan nilai yang bagus belum tentu akan memudahkan dalam mendapatkan kerja sehingga mengendorkan minat belajar anak.
d. Topografi Wilayah
Walaupun kecil namun faktor topografi wilayah sangat membawa peranan yang sangat penting, hal ini disebabkan karena topografi wilayah sangat berpengaruh pada mata pencaharian masyarakat. Peserta didik yang tinggal di wilayah pesisir rata-rata kurang mengutamakan pendidikan, hal ini disebabkan karena kebanyakan dari orang tua berprofesi sebagai nelayan yang tidak mencapai tingkat pendidikan yang mencukupi bahkan tidak jarang pula yang buta huruf. Bahkan ironisnya seorang juragan kapal bisa kaya dan terpandang bukan karena prestasi akademiknya namun keuletannya dalam mengelola kapal-kapal yang dimilikinya. Disisi lain tanpa kecakapan intelektual bagi siapa saja yang mempunyai minat untuk melaut dapat bergabung pada juragan kapal untuk pergi melaut (mencari ikan) dan tentu saja dengan imbalan yang lebih dari cukup tanpa melampirkan ijazah atau surat lamaran kerja, lembar biodata dan lain-lain.
Begitulah sekelumit gambaran mengapa dewasa ini minat belajar siswa-siswi kian memburuk, sehingga selaku orang tua harus benar-benar bijaksana dalam melakukan pengawasan putra/putrinya, begitu juga guru, harus senantiasa memberi motifasi pada para peserta didik untuk selalu rajin belajar.